Jumat, 20 Januari 2017

Cerita yang tertinggal

Sudah cukup lama aku facum untuk curhat di blog ini... Haii... Selamat tahun baru 2017 ... Terakhir mampir kesini tahun 2015.

Banyak sekali cerita-cerita yang tertinggal dan tidak sempat aku bagikan. Aku sibuk membenahi diri dan menjalani ujian untuk bisa naik kelas. Ujian yang butuh waktu dan kemampuan lebih sabar dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT sang pengawas kehidupan. Sebenarnya aku mau cerita kan semuanya, agar aku punya arsip bahwa aku pernah melalui masa-masa ini. Tapi butuh waktu yang lama dan pasti bisa keriting jari ku ngetik nya. Hehehe bagaimana klo ceritanya aku rangkum aja ... oke... !!

Akhirnya Masa itu datang Juga..  

Sebelumnya aku pernah tulis di blog ini cerita tentang hidup adalah tentang meninggalkan dan ditinggalkan. Disitu aku tulis satu persatu keluarga terdekat ku yang meninggal kan ku untuk selamanya. Rasanya emang nyesak, tapi aku sadar bahwa umur kita memiliki batas waktu yang pada akhirnya akan datang Masa untuk kembali ke pangkuan Allah SWT. 

Orang yang ga pernah aku bayangkan akan berpisah selamanya adalah Mami, nenek ku yang dari kecil aku dirawat dan di besarkan. Mami yang jaga aku dari orang-orang yang jahat,mami yang buatkan bekal untuk sekolah ku sampai aku kerja,mami yang manjain aku,yang memenuhi keinginan ku,yang menyaksikan aku tumbuh hingga dewasa,mami teman tidurku, teman curhat ,teman bercanda, yang selalu menjaga ku, pisah sehari aja dari mami rasanya aku ga sanggup, tapi saat ini aku belajar bahwa hidup itu singkat,tidak ada yang abadi. Waktu terus berjalan, pada akhirnya aku menjumpai masa ini,masa dimana aku harus berjalan sendiri ,menjadi diri sendiri, membangun hidup sendiri tanpa bayang-bayang mami,dan tanpa bantuan mami yang selama ini tak pernah jauh dari aku.

Akhirnya Masa itu datang juga, 29 Oktober 2015 menjadi hari terakhir tanpa Mami. Sempat gak percaya tapi memang itu terjadi. Malam sebelum mami meninggal saat mami masih di ruang ICU,aku dirumah mencoba merelakan dan berfikir mungkin ini saatnya aku harus dewasa, aku harus berjalan sendiri, membangun kehidupan sendiri. Dan sampai kabar mami meninggal aku sudah siap menerima kenyataan walaupun menyakitkan.

Menemukan Hikmahnya...

Satu tahun lebih sudah mami gak ada. Banyak cerita dan pendewasaan buat aku. Aku sekarang jadi mengerti kenapa Allah belum mengabulkan doa ku sebelumnya untuk menyegerakan aku untuk menikah. Memang rencana pernikahan ku itu sudah lewat yang seharusnya tahun lalu. Tapi aku sekarang sadar, pernikahan itu bukan sekedar karena yang lain sudah menikah, atau bukan sekedar target harus menikah umur sekian. Karena aku akuin saat itu aku masih menggunakan cara berfikir ku bahwa hidup itu harus di targetkan,aku sempat menargetkan di usia 25 harus menikah. Tapi nyata nya Allah berkehendak lain,banyak cara yang membuat pernikahan ku tertunda, walaupun aku dan pasangan ku sudah sangat siap. Tapi jodoh itu memang urusan Allah. Allah yang tau kapan waktu yang tepat untuk ku menyempurnakan separuh agama ku.

Hikmah yang kurasakan saat ini adalah aku mulai merasakan mandiri. Kalau sebelumnya aku masih bangun siang ,bangun tidur tinggal mandi mami sudah siapin air panas, bekal sudah siap tinggal dibawa,sedikit pun aku gak pernah menyentuh dapur. Alat-alat masak dan bumbu-bumbu masakan saja aku ga tau. Ga bisa bedain,dulu kalau ga disuruh mandi ya ga mandi. Aku pernah cerita kan hal ini juga di blog ini,aku selalu diatur seperti robot. Aku pernah ngeluh dan pengen hidup bebas sendiri tanpa ada yang atur hidup aku,karena jenuh selama ini diatur dan disuruh-suruh mulu maunya hidup sendiri dan aku yang atur sendiri hidup ku.

Sepertinya Allah mendengar kan keluhan ku itu,Allah kabulkan semuanya. Saat mami meninggal dan aku benar-benar hidup sendiri. Bahkan aku harus menjaga adik-adik ku. 2 bulan pertama tanpa Mami aku masih belum merasakan apapun,karena masih banyak keluarga ku berkumpul, terlebih lagi Mama ku datang dari Sumbawa dan itu masih membuat ku merasa aman,ga perlu mikir masak dan mengurus pekerjaan rumah. Karena masih banyak urusan, Mama ku harus kembali lagi ke Sumbawa. Saat itu pertama kali dalam hidup aku merasakan hidup sendiri. Semua keluarga yang berkumpul kembali ke rutinitas mereka,dan kembali ke rumahnya masing-masing. Dan saat itu adalah hal yang membuat ku panik dan kebingungan.

Aku harus masak karena adik-adik ku butuh makan. Pertama kali masak tumis buncis yang resepnya baca melalui internet. Bawang nya gosong karena api terlalu besar,rasanya pahit, makannya aja sambil nangis karena ga enak.

Bangun subuh-subuh sebelum masak nyapu rumah,cuci piring, beres-beres, masak ,dan itu capek banget. Aku harus masak untuk buat sarapan adik adik ku,dan untuk bekal ku. Rasanya lelah setiap hari melakukan aktivitas itu. Mengatur keuangan sendiri,mengatur uang ternyata sangat sulit,bagaimana bisa mencukupi untuk kehidupan sehari-hari,karena selama ini aku cuma terima beres,setor duit gajian ke mami dan mami yang atur,aku ga mikir bayar ini itu,buat makan juga aku ga pernah mikir,tinggal makan dan protes kalau makanannya cuma itu-itu aja. Tapi sekarang aku baru tau, ternyata mami luar biasa,bisa mengatur keuangan dengan baik,aku sendiri sampai stres saat liat harga bahan sayuran di pasar, mahal-mahal banget ya Allah, belum bayar listrik,bayar sampah dan bayar ini itu, kok mami bisa cukup? Sedangkan aku saat mengaturnya sulit banget, perasaan kurang Mulu.tapi Alhamdulillah sekarang sudah mulai biasa.

Pulang kerja aku juga cuci piring, beberes, siangin sayur buat sarapan besok pagi. Rumah yang 2 kamar mandi,4 kamar tidur,halaman luas,itu terasa semakin luas... Aku lelah...
Dulu waktu masih lengkap masih ada mami,Papin, om dan Tante ku belum menikah dan masih tinggal dirumah itu rasanya rumah itu sempit sekali. Tapi sekarang rumah itu hanya ditinggalin 3 orang aku dan kedua adikku. 2 kamar jadi kosong. Karena aku tidur berdua adik perempuan ku.

Karena terlalu sering dibiarkan kosong,rumah itu jadi terlihat mistis,banyak suara-suara mistis yang terdengar,hawanya juga jadi beda. Aku sering dengar suara perempuan nangis sesenggukan, aku juga pernah dengar suara laki-laki yang berbisik. Adik ku yang perempuan sering melihat bayangan terbang di depan pohon jambu, dia juga sering mendengar suara-suara aneh. Dan adikku sampai kesurupan 10 makhluk masuk ke badannya,dari jam setengah 7 malam sampai jam 10 malam dia ga berhenti kesurupan,suaranya berubah-ubah. Akhirnya kita lelah dan pindah ke rumah yang lebih kecil dan lebih ramai. Sampai sekarang alhmdulillah lebih nyaman dan aman. Dan jauh Dr kenangan bersama almarhum mami,Papin ,om Kiki dan masa lalu ku dirumah itu. Setiap sudut pasti bikin kangen mami. Setidaknya aku mencoba untuk move on dari kenangan bersama mereka dan jadi jauh lebih ikhlas.

Alhamdulillah sekarang aku sudah terbiasa dengan bangun pagi,masak , mengurus rumah,mengatur Keuangan,dan memiliki rasa keinginan untuk bebenah rumah dan tidak suka hal yang kotor. Padahal dulu semaunya banget.hehehe

Sudah satu tahun aku ngejalanin hidup seperti ini dan sudah mulai terbiasa, aku mulai berfikir,ternyata ini lah hikmah dibalik cobaan ini. Allah mendengar niat ku untuk menikah saat masih ada mami. Lalu Allah melihat kesiapan aku secara mental dan fisik belum sepenuhnya bisa menjadi istri dan ibu rumah tangga yang baik. Sedangkan saat menikah bukan cuma hari itu aja ,bukan cuma saat resepsi nya saja ,tapi kehidupan sehari-hari nya. Aku harus mengurus suami dan anak-anak ku, sedangkan saat itu mengurus diri sendiri saja aku belum mampu. Masih ngandelin mami dan orang lain.

Aku ngotot banget ngerasa sudah siap, karena ngeliat umur yang sudah mencapai target. Tapi dari diri sendiri belum siap, aku ngerasa seperti nya Allah sedang training aku untuk jadi istri yang baik Sesuai kodratnya. Aku di buat hidup sendiri, bertanggung jawab mengurus rumah, belajar memasak, coba kalau mami masih ada pasti aku ga mau belajar ,ga mau mencoba belajar dan tetap ngandelin orang lain. Sedangkan aku ngerasa sudah siap menikah. Pernikahan itu bukan sekedar resepsi,tapi mengabdikan diri , beribadah sesuai dgn kodratnya. Menjalani kehidupan baru.

Sekarang aku mulai sadar, ternyata begini ya jadi mami. Mami gak pernah ngeluh,cape atau apapun,mami tetep menjalankan kewajiban nya, ya aku sekarang sudah ga marah2 lagi kalau bebenah rumah, sudah mulai sadar ini akan aku lakukan seumur hidup ku. Banyak hikmah yang aku dapatkan dari cobaan demi cobaan. Allah membuat ku lebih tegar, lebih dewasa dan lebih mandiri. Allah mengajarkan aku siap secara mental dalam menuju kehidupan baru. Membuat aku semakin lebih siap menjalankan separuh agama ku, menyadarkan ku akan kewajiban-kewajiban ku nanti. Ya aku semakin lebih siap. Bukan karena teman-teman yang sudah menikah,bukan karena target usia yang sudah lewat,bukan karena dorongan keluarga,tapi karena Allah. Karena aku ingin menikah karena Allah. Untuk menjadi jembatan menuju surga Allah.
Semoga Allah mempermudah kan niat baik ku,dan aku yakin Allah telah menyiapkan waktu yang tepat.
Aku sudah siap menggantikan peran mami, mami adalah guru terbaik ku. Terima kasih mami sudah mengajarkan aku banyak hal, kini aku siap  .  😃